Pasar dan Percakapan Malam

“It cost nothing to speak out, but remaining silent could cost everything.”

( V for Vendetta )

Here my story goes…

Membawa Lexy ke pasar malam tradisional di suatu kota kecil sama seperti membawa anak kecil ke taman permainan. Dengan rasa penasarannya yang tinggi dia bertanya tentang segala sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya, seperti kelinci yang lompat kesana kemari.

“Entah ini ide yang bagus atau tidak membawa wanita gila itu kemari C…”

Aku menoleh kepada suara yang tidak asing di telinga itu. Dan berdirilah sosok pria yang tegap dengan potongan rambut ala Sam Smith tapi sedikit berantakan. Wajahnya tidak lah tampan tapi menarik untuk dipandang. Tangannya menggenggam kaleng bir yang kami beli di convenience store tadi.

“Pasar malam ini untuk memperingati Haul salah satu tokoh yang dihormati di desa ini Gas, simpan kaleng bir lo itu. Gue tahu lu ga peduli dengan hal semacam itu, setidaknya lakukan untuk sedikit sopan santun.”

“udah terlanjur gue buka.”

“kalau begitu habiskan sebelum kita memasukki kerumunan orang itu!” perintahku tenang.

“hahaha… Sukurin kan lo! Berani gitu ngelawan Ciel?”

Ucapan terakhir datang dari sosok pria di belakangku, tidak terlalu tegap, rambut sedikit gondrong, memakai kaos polos biru muda dengan celana denim biru, wajahnya tidak pernah lepas dari senyuman dan cengiran, karena memang Adit tipikal yang selengean.

boys, apa kalian akan berdiri disini terus dan berdebat masalah kaleng bir?”

Kami bertiga menatap pemilik suara halus dengan tinggi semampai, rambut panjang tapi sedikit berombak, meski hanya mengenakan kaos putih, denim biru dan flat shoe tapi sosok Kia selalu terlihat anggun dan elegan.

“Katakan padaku Kia, kalau suatu saat nanti pikiranmu berubah untuk menyukai wanita, biarkan aku orang yang pertama mengetahui hal itu.” rayuku

“bagaimana kalau sekarang?” sahutnya

“ga masalah… itu berarti detik ini juga kamu operasi kelaminmu menjadi wanita”

my sweet innocent little butch, aku masih ingin merasakan hasrat di dalam tubuhku ini. Tapi permintaanmu akan aku pertimbangkan” sahut Kia sambil tersenyum dan sedikit mencubit daguku.

“hey! Buru napa sih kalian ini!”

Teriakan Lexy membuat kami berempat beranjak dari tempat kami berdiri dan mulai berjalan ke arahnya. Pasar malam adalah salah satu hiburan musiman untuk masyarakat kota kecil. Tidak terjadi setiap hari, hanya pada periode tertentu dan berlangsung beberapa hari. Biasanya muncul ketika ada peringatan tentang tokoh yang dituakan oleh masyarakat setempat.

Seperti layaknya pasar malam, akan ada banyak penjual makanan, minuman, pakaian, permainan, dan kerajinan tangan. Banyak macam makanan dan permainan yang keempat temanku ini tidak terlalu mengetahuinya, kecuali Bagas dan Adit sih. Diwaktu senggangnya mereka berdua suka menjelajah kota-kota kecil untuk sekedar short vacation. Sedang Lexy dan Kia berada dari kelas kehidupan yang berbeda dengan kami. Terlahir dari keluarga yang sangat berada, persoalan materi bukan menjadi suatu masalah bagi mereka berdua. Diantara kami berlima, mereka berdua yang waktunya paling fleksible. Adit bekerja sebagai auditor di salah satu perusahaan swasta, Bagas bekerja freelance lobbyist tapi saat ini sedang terikat kontrak dengan salah satu perusahaan internasional yang mempunyai cabang di Jakarta, Lexy memimpin salah satu perusahaan keluarganya yang bergerak di bidang pertukaran bahan tambang, dan Kia memilih untuk menekuni bidang designer yang membuatnya menjadi pemilik salah satu brand clothing di salah satu negara di eropa.

“sebenarnya tujuan lu ngumpulin kita semua disini itu apa sih Lex?” Adit tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan ketika kami semua sudah kembali dan berkumpul di salah satu kamar hotel tempat mereka menginap.

“menghibur Ciel.”

“Gue emang butuh ditemani tapi ga rombongan juga.”

the more the merrier.” ujar Lexy santai

well I smell something fishy here, yakin hanya untuk menghibur C?” Bagas bertanya dengan nada menyelidik.

“ini sudah hampir lima tahun semenjak pertemuan pertama kita, maksudku selama ini ketika kita saling bertemu formasi kita tidak lengkap. Bukan begitu Lex?”

“aww.. Kia.. you always read my mind very well.”

“hmm.. lima tahun ya.. time flies..” Bagas berkata lirih

“dan menurut kalian adakah perubahan dalam diri kita selama lima tahun ini?”

Pertanyaan yang aku lemparkan membuat hening diantara kami berlima, seperti jeda untuk berpikir dan kilas balik tentang apa yang terjadi dalam kehidupan kami masing-masing selama lima tahun ini.

“Dalam beberapa tahun belakangan ini aku sedang berpikir dan memutuskan kalau aku tidak akan melakukan operasi penggantian jenis kelamin. Hal ini sudah aku bicarakan dengan David, dan dia mendukung keputusanku. Awalnya aku takut hal tersebut akan membuat David meninggalkanku, but life is about gambling right? Setidaknya kini aku tahu bagaimanapun diriku, David menerimaku apa adanya.” Kia bercerita memecahkan suasana hening diantara kami.

bottoms up!” aku mengajak bersulang dengan whiskey yang dibawa oleh Bagas

hear hear!”

“gue nge hamilin anak orang dua tahun yang lalu. Dan gue baru tahu hal tersebut belakangan ini. Turns out itu cewek memutuskan sendiri  nasib si jabang bayi.” Bagas mulai membuka suara

“lu punya anak dong?” Sela Adit

Worst.. dia menggugurkannya. Brengsek! Dipikirnya gue ga akan bertanggung jawab dan dengan alasan bahwa dia adalah anak pejabat, maka menggugurkan kandungan itu adalah satu-satunya jalan keluar terbaik. Shit! I’m not that low!

“aborsi akan menjadi perdebatan abadi antara pihak yang pro dan kontra.” Perkataanku membuat Bagas menatapku tajam

look Gas.. jangan emosi dulu. satu sisi gue paham disitu ada nyawa yang tidak bersalah akibat kesalahan manusia, satu sisi gue mengerti keegoisan manusia atas kesalahannya. Gue belum memutuskan juga untuk memilih yang pro atau kontra.”

“hear hear!” Lexy mencoba mencairkan suasana yang mendadak tegang dengan mengajak bersulang

oh well… setidaknya teman kita Bagas ini tidak sebrengsek yang orang pikirkan. Nasi sudah menjadi bubur Gas.. life goes on.. We are human, we did sins in our life but at least we responsible about our sins. Jadikan hal itu reminder tentang kesalahan kita agar kita lebih hati-hati kedepannya.” Hibur Kia

“atau mungkin sudah saatnya Bagas mengakhiri petualangan cintanya dan menetapkan hati kepada satu orang untuk selamanya, ya gak?” Adit berkata dengan nada menggoda

“hmm.. mengenai settle down sepertinya gue pun akan berpikiran ke arah sana.” Pernyataanku membuat ketiga temanku tiba-tiba menoleh kaget

you? Settling down?” Tanya Adit tidak percaya

“seseorang yang apatis, tidak percaya akan eternal love, yang selalu berprinsip bahwa hubungan itu nothing last forever, yang berpikir bahwa hidupnya akan baik-baik saja tanpa cinta. Memutuskan untuk settling down, apa Rembang sehebat ini sampai merubah pikiran lu C?” Tanya Bagas dengan nada yang sama dengan Adit.

“aku seburuk itu ya?” tanyaku polos

“okay.. jangan berpura-pura polos di depan gue. Gue tau elu itu ga sepolos itu C.”

Aku hanya tersenyum penuh arti dengan penilaian Bagas terhadap diriku.

“Jadi elu memutuskan akan menikah Ciel?” Adit bertanya padaku

“Yah.. dan katakan siapa laki-laki tidak beruntung itu.” Sahut Bagas

I wanna have a baby and family.

A baby??! You hate childrens!” sahut Bagas dan Adit serentak

Aku menghela nafasku sebelum melanjutkan bicara.

“aku ga tau apakah sebutannya untuk hubungan yang akan aku jelaskan disini. Entah menikah atau living together dengan pasanganku, wanita tentu saja. Dan ingin memiliki keturunan entah dari rahimku atau rahim pasanganku. Yang pasti aku ingin menjalani hubungan yang long term, yang bisa bertahan bertahun-tahun dan kalau bisa selamanya. Awalnya aku merasa hanya karena ingin menjalani hubungan yang long term saja, ga berpikir selamanya. But in the end, dalam diri manusia suatu saat akan muncul perasaan bahwa dia tidak ingin selamanya hidup sendiri. Mungkin di ruangan ini ga semuanya setuju dengan pertanyaan ini, aku pun dulu juga seperti itu. Dan lihatlah aku sekarang, memutuskan untuk berhenti bermain dengan perasaan, memutuskan untuk saatnya hidup dengan adanya tujuan hidup yang jelas di masa depan.”

“sentimentil” Lexy berkata dengan nada sinis

“aku rasa itu pandangan hidup yang bagus Lex.. kenapa kamu harus menilainya dengan sinis?” Kia mencoba menanggapinya dengan bijak.

“dia berkata seperti itu karena dia sedang jatuh cinta Kia. Bukan karena keinginannya sendiri.”

“ah.. kekuatan cinta itu bisa menjadi motivasi yang bagus untuk perubahan dalam diri manusia. Sadar atau tidak, sebenarnya rasa cinta itu bisa merubah seseorang. Aku rasa keputusan Ciel saat ini karena kesadarannya sendiri, benar kan Ciel?” Aku mengangguk dengan pertanyaan Kia

“Dan menurutku keputusannya sekarang sudah didasari akan pemikirannya yang matang.” Lanjut Kia

oh well buddy… gue ga akan menyangka lima tahun ini bisa merubah lu sampai sejauh ini. Whatever your decision, I.. Bagas will support you and proud of you. Bottoms up!” ajak Bagas

hear hear!”

Malam itu kami berlima menghabiskan botol minuman dengan gelak tawa dan pembicaraan yang sangat bermakna. Adit memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya tahun depan dan ingin melanjutkan usaha yang sudah dirintisnya selama dua tahun belakangan. Dan Lexy akan pindah ke New York dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Aku tak tahu apakah ini akan menjadi pertemuan terakhir kami atau tidak. Tapi setidaknya aku tahu bahwa aku cukup beruntung dikelilingi dan mengenal mereka sebagai temanku meski kami jarang bertemu.

“A strong friendship doesn’t need daily conversation, doesn’t always need togetherness, as long as the relationship lives in the heart, true friends will never part..”

 

Fave Hotel, Rembang

27102015

Leave a comment